Prodi Farmasi FK Undip melaksanakan kegiatan lokakarya pendirian apotek pendidikan pada hari sabtu, 13 Agustus 2022 secara daring sebagai strategi dan langkah awal dalam pendirian Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) FK Undip. Kegiatan lokakarya ini dilakukan untuk menginisiasi pendirian apotek pendidikan sebagai wahana pendidikan dalam mempersiapkan calon apoteker di lingkungan FK Undip. Kegiatan lokakarya ini diisi oleh tiga pembicara diantaranya: “Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, M.Si.” yang merupakan perwakilan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI); “apt. Noffendri Roestam, S.Si”, selaku Sekretaris Jenderal IAI; dan “Dr. apt. Lisa Aditama, S.Si., M.Farm.Klin”, selaku Apoteker Pengelola Apotek dari Universitas Surabaya.

Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, M.Si. membuka materi berkaitan dengan “Pentingnya Apotek Pendidikan sebagai Wahana Pembelajaran Calon Apoteker”. Menurut prof Yandi apotek pendidikan penting untuk didirikan dengan tujuan untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan yang dirumuskan pada KKNI dan standar kompetensi apoteker Indonesia. Capaian pembelajaran lulusan (CPL) yang dapat didukung dari pendirian apotek pendidikan antara lain: CPL pengetahuan, CPL keterampilan umum, CPL keterampilan khusus. Karena praktik adalah proporsi terbesar dalam program studi profesi apoteker, maka mahasiswa PSPA harus difasilitasi untuk praktik profesi, terutama di apotek pendidikan. Menurut Prof Yandi, secara umum apotek pendidikan sama dengan apotek umum. Namun, apotek pendidikan dituntut untuk dapat mengcover aspek tri dharma perguruan tinggi: pendidikan (praktikum dan pkpa), penelitian, dan pengabdian masyarakat. Apotek pendidikan sebaiknya dimiliki oleh badan usaha perguruan tinggi dengan tujuan untuk memastikan bahwa apotek pendidikan mendapatkan profit dengan tetap mengutamakan pelaksanaan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care).

Materi selanjutnya diisi oleh bapak apt. Noffendri Roestam, S.Si berkaitan dengan “Apotek Pendidikan sebagai Wahana dalam Meningkatkan Kompetensi Apoteker”. Pak Noffendri menjelaskan bahwa apotek pendidikan menunjang tercapainya profil lulusan apoteker, yaitu 9 star pharmacist. Dalam melaksanakan praktik kefarmasian, setiap apoteker harus memiliki komitmen tentang “no pharmacy no service” dan komitmen ini juga harus dimiliki oleh dosen pengampu program studi profesi apoteker (PSPA). Sehingga dosen PSPA sebaiknya harus berpraktik apoteker. Syarat apoteker untuk menjadi apoteker penanggung jawab apotek pendidikan sebaiknya: Memiliki sekom dan SIPA, memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun, sudah berpengalaman 2 tahun sebagai perseptor, tersertifikasi sebagai perseptor. Syarat apotek untuk menjadi apotek pendidikan sendiri sebenarnya sama dengan apotek lain pada umumnya namun untuk menunjang kompetensi calon lulusan apoteker, sebaiknya apotek pendidikan memiliki jumlah kasus (resep) minimal 75 kasus setiap bulannya. Rasio perseptor : mahasiswa maksimal 1:5 untuk memastikan bahwa setiap apoteker mendapatkan bimbingan yang komprehensif. Pak Nofendri menambahkan bahwa apotek pendidikan juga berfungsi dalam memberikan early exposure bagi calon apoteker, menjadi wahana praktik kerja, sebagai sarana penelitian dan pengabdian masyarakat, serta sebagai wahana kolaborasi interdisiplin apoteker dengan nakes lainnya. IAI sebagai organisasi profesi apoteker akan senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan bagi setiap instansi untuk mendirikan apotek pendidikan.

Materi terakhir diisi oleh Dr. apt. Lisa Aditama, S.Si., M.Farm.Klin, berkaitan dengan “Strategi dan Langkah yang Diperlukan dalam Pendirian Apotek Pendidikan”. Untuk mendirikan sebuah apotek pendidikan maka harus memiliki visi, misi, tujuan, sasaran yang diturunkan dari PSPA dan fakultas. Apotek pendidikan sebaiknya memiliki keunikan VMTS yang linier dengan keunikan PSPA dan fakultas. Studi kelayakan diperlukan sebelum mendirikan sebuah apotek, termasuk apotek pendidikan. Proses perijinan apotek pendidikan pada dasarnya sama dengan apotek pada umumnya yaitu melalui sistem OSS. Untuk meraih keuntungan yang tinggi harus mengedepankan pelayaman yang prima. Apotek pendidikan UBAYA mengedepankan prinsip “patient centered care” untuk mendapatkan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan merekomendasikan apotek kepada pelanggan lainnya sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan keuntungan dengan meningkatnya jumlah pelanggan. Apotek pendidikan UBAYA memiliki keunikan pelayanan yang mengedepankan kolaborasi interprofesional antara tenaga medis, farmakologis, dan psikologi. Apotek pendidikan untuk dapat berkembang dengan baik harus dapat berkolaborasi dengan semua fakultas di lingkungan universitas dan harus memiliki inovasi pelayanan kesehatan dan mengedepankan pembaharuan konsep. Sebagai contoh apotek pendidikan UBAYA mendapatkan hibah penelitian yang bermanfaat dalam mengembangkan pelayanan kefarmasian sekaligus meningkatkan jumlah luaran dalam penelitian.

Melalui Lokakarya dengan narasumber yang menguasai dibidangnya, Prodi Farmasi UNDIP mendapatkan banyak masukan dan informasi yang sangat bermanfaat untuk dapat segera mempersiapkan fasilitas penunjang praktek pembelajaran pada PSPA, yaitu pendirian Apotek Pendidikan.