Semarang – Universitas Diponegoro dikenal sebagai kampus pencetak mahasiswa yang tidak hanya menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya, tetapi juga menghasilkan para peneliti muda. Mayoritas mahasiswa UNDIP giat dalam menimba ilmu dan membuahkan banyak karya. Salah satu karya yang patut diapresiasi adalah isolat fenol dari daun Ketapang (Terminalia catappa) sebagai pengawet alami udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Udang Vaname menjadi komoditas utama terbesar yang menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat Lamongan. Permintaan pasar akan udang Vaname yang tinggi menyebabkan produksi meningkat pesat. Sayangnya, udang ini memiliki daya tahan yang sangat pendek untuk kesegarannya, sedangkan untuk proses ekspor maupun pengiriman ke luar pulau membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dapat menurunkan kualitas udang. Selama ini, digunakan antibiotik seperti Kloramfenikol pada udang untuk mempertahankan kesegarannya. Hal ini tentu menjadi tidak wajar, karena adanya penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada bahan pangan, sehingga akan menyebabkan peningkatan resiko resistensi antibiotik pada manusia dalam proses konsumsi. Berdasarkan problema yang ada, Sekar Arum Ayu Firsanti – Mahasiswa Farmasi FK UNDIP Angkatan 2019 kelahiran Lamongan – sebagai ketua tim dan bersama anggota lainnya Novita Aida Dahlia (Teknik Kimia 2019), Aziz Qomarul Firdaus (Teknik Elektro 2019), Efra Sariyunardi (Bioteknologi 2019), dan Revi Anisatur Rosyidah (Kedokteran Umum 2019) berupaya membantu masyarakat dengan membuat suatu produk berupa isolat fenol dari daun Ketapang sebagai pengawet alami udang Vaname pengganti antibiotik yang sering digunakan, yaitu Kloramfenikol.
Inovasi pengawet alami ini berhasil membawa Sekar dan timnya megikuti kompetisi ilmiah ASEAN Innovative Science and Entrepreneur Fair (AISEF) 2020 yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) di BG Junction, Surabaya pada 14-16 Februari 2020. Pada acara tersebut, Delegasi UNDIP yang terdiri atas multidisiplin ilmu ini harus berhadapan dengan 165 tim lainnya yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Melalui persiapan yang matang dan presentasi karya yang baik kepada dewan juri AISEF 2020, Sekar dan tim berhasil membawa pulang medali perak dari acara tersebut. tidak tanggung-tanggung, produk ini juga telah digunakan di dua desa petani tambak yang ada di Lamongan.
Sekar menyampaikan, “Karya ini sangat membantu para petani dalam usahanya. Daun ketapang kering memiliki kandungan fenol dan asam humic tinggi sehingga mampu melawan bakteri dan dapat mengurangi proses pembusukkkan pada udang Vaname. Udang lebih bisa awet dan segar ketika proses pengiriman”. Selain itu Sekar juga menyampaikan bahwa dengan harga yang lebih terjangkau, produk ini sangat berpotensi diaplikasikan pada masyarakat utamanya para petani tambak dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Cara pengaplikasiannya pun sangat mudah dengan bahan baku yang tersedia melimpah.
“Sukses bukan hanya perihal angka dalam kertas pencapaian. Belajar dan berprestasi bukan hanya didapat di dalam kelas ataupun lingkungan kampus. Jalan dan pencarian definisi sukses manusia selalu berbeda, jadi jangan samakan proses yang kamu jalani dengan proses orang lain,” pesan Sekar kepada mahasiswa Farmasi FK UNDIP.
Penulis: Muchammad Faris/Fitri Wulandari