Menjalankan ibadah puasa termasuk salah satu rukun islam bagi umat muslim dan wajib bagi individu yang sehat. Lalu bagaimana dengan individu dengan diabetes melitus? apakah berpuasa dapat mempengaruhi kondisi kesehatannya secara menyeluruh? Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, simak penjelasan dari Ibu Fitri Wulandari, M.Clin.Pharm., Apt. berikut ini

Q: Bagaimana perubahan glikemik selama puasa ramadan pada individu sehat?

Hassanein, M., et al., 2021, https://doi.org/10.1016/j.diabres.2021.109185


A: Pada individu sehat dalam keadaan puasa, kadar gula darah menurun. Hal ini menyebabkan turunnya sekresi insulin dan meningkatnya pemecahan glikogen dan terjadi proses glukoneogenesis. Glikogen dapat mempertahankan kadar glukosa darah untuk otak dan jaringan hingga 12 jam. Jika periode puasa lebih dari 12 jam, maka terjadi pemecahan asam lemak untuk mempertahankan pasokan glukosa. Dari berbagai studi nilai Continuous Glucose Monitoring (CGM) glukosa darah pada individu sehat selama ramadan adalah stabil, bahkan berkaitan dengan efek menguntungkan pada profil lipid.

 

Q: Apakah orang dengan Diabetes Melitus dapat berpuasa?

Hassanein, M., et al., 2021, https://doi.org/10.1016/j.diabres.2021.109185


A: Pada individu dengan Diabetes Melitus (DM) pada saat berpuasa, terjadi resistensi dan defisiensi insulin yang dapat menyebabkan pemecahan glikogen secara berlebihan dan terjadi peningkatan glukoneogenesis, sehingga resiko terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia hingga ketoasidosis diabetic meningkat. Hasil dari profil CGM individu dengan DM terlihat bahwa kadar glukosa darah tidak stabil atau terjadi variabilitas kadar glukosa darah selama ramadan.
Oleh karena itu, individu dengan DM dapat berpuasa dengan memperhatikan stratifikasi resiko, yang dibedakan menjadi 3 kategori:
1. Resiko tinggi, yaitu terdapat kemungkinan resiko menjadi tidak aman
2. Resiko sedang, yaitu terdapat kemungkinan resiko berpuasa menjadi kurang aman
3. Resiko rendah, yaitu terdapat kemungkinan berpuasa aman
Kategori resiko ini dinilai oleh dokter dari beberapa elemen resiko, yang mengarah pada tingkat keparahan resiko komplikasi yang terjadi selama ramadan.

 

Q: Bagaimana penyesuaian dosis untuk konsumsi obat antidiabetes?
A:
Penyesuaian terapi obat untuk individu dengan DM dilakukan dengan berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter, guna mendapatkan regimen terapi yang tepat dan mencegah efek samping atau komplikasi yang mungkin terjadi.

Perkeni, 2022


Penggunaan Insulin pada individu dengan DM yang berpuasa memerlukan penyesuaian dosis yang bergantung pada masing-masing individu dan dilakukan oleh dokter. Salah satunya mengacu pada hasil  pemeriksaan gula darah harian.

Perkeni, 2022

 

 

Q. Kapan sebaiknya melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada individu DM yang berpuasa?

Ibrahim, M., 2020, http://dx.doi.org/10.1136/bmjdrc-2020-001248


A: Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri sangat direkomendasikan untuk individu DM dengan resiko sangat tinggi dan tinggi untuk tetap memilih puasa, yaitu pada waktu sebelum sahur, pagi hari, tepat siang hari, tengah hari, sebelum berbuka, 2 jam setelah berbuka, dan waktu kapanpun bila ada keluhan hipoglikemia atau hiperglikemia. Untuk kelompok individu DM dengan resiko rendah, pemantauan kadar glukosa darah tetap dianjurkan saat sebelum sahur, tengah hari, setelah berbuka dan waktu kapanpun bila ada keluhan hipoglikemia dan hiperglikemia. Oleh karena itu, pasien DM harus mendapatkan edukasi mengenai gejala hipoglikemia, dehidrasi dan komplikasi lainnya yang mungkin terjadi, serta dapat membatalkan puasa jika kadar glukosa darah <70 mg/dl atau > 300 mg/dl.

 

Q: Apa saja kiat berpuasa untuk pasien dengan DM
A: 1.
Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan selama ramadan; 2. Hindari makanan yang banyak mengandung gula atau memiliki indeks glikemik yang tinggi setelah berbuka puasa dan diantara waktu makan; 3. Hindari minuman berkafein (bersifat diuretic) karena dapat menyebabkan dehidrasi; 4. Batasi aktivitas fisik yang berat seperti berolahraga dengan durasi yang lama saat berpuasa, terutama saat sebelum berbuka puasa karena meningkatkan resiko hipoglikemia dan dehidrasi; 5. Kenali tanda hipoglikemia dan hiperglikemia, lakukan pemantauan glukosa darah, serta mintalah saran dari dokter atau apoteker terdekat

———————————————————————————————–
Program Studi Farmasi | Fakultas Kedoketran | Universitas Diponegoro | 2023 | Ig: @farmasiundip